Rabu, 16 Mei 2018

BAB VIII. Keteladanan Sahabat Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib ra.

Usman bin Affan Usman bin Affan yang menjadi teladan para sufi dalam banyak hal. Usman adalah seorang yang zuhud, tawaduk (merendahkan diri dihadapan Allah SWT), banyak mengingat Allah SWT, banyak membaca ayat-ayat Allah SWT, dan memiliki akhlak yang terpuji. Diriwayatkan ketika menghadapi Perang Tabuk, sementara kaum muslimin sedang menghadapi paceklik, Usman memberikan bantuan yang besar berupa kendaraan dan perbekalan tentara. Diriwayatkan pula, Usman telah membeli sebuah telaga milik seorang Yahudi untuk kaum muslimin. Hal ini dilakukan karena air telaga tersebut tidak boleh diambil oleh kaum muslimin. Dimasa pemerintahan Abu Bakar terjadi kemarau panjang. Banyak rakyat yang mengadu kepada khalifah dengan menerangkan kesulitan hidup mereka. Seandainya rakyat tidak segera dibantu, kelaparan akan banyak merenggut nyawa. Pada saat paceklik ini Usman menyumbangkan bahan makanan sebanyak seribu ekor unta. Tentang ibadahnya, diriwayatkan bahwa usman terbunuh ketika sedang membaca Al-Qur’an. Tebasan pedang para pemberontak mengenainya ketika sedang membaca surah Al-Baqarah ayat 137 yang artinya:…”Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” ketika itu ia tidak sedikitpun beranjak dari tempatnya, bahkan tidak mengijinkan orang mendekatinya. Ketika ia rebah berlumur darah, mushaf (kumpulan lembaran) Al-Qur’an itu masih tetap berada ditangannya. Ali bin Abi Talib Ali bin Abi Talib yang tidak kurang pula keteladanannya dalam dunia kerohanian. Ia mendapat tempat khusus di kalangan para sufi. Bagi mereka Ali merupakan guru kerohanian yang utama. Ali mendapat warisan khusus tentang ini dari Nabi SAW. Abu Ali ar-Ruzbari , seorang tokoh sufi, mengatakan bahwa Ali dianugerahi Ilmu Laduni. Ilmu itu, sebelumnya, secara khusus diberikan Allah SWT kepada Nabi Khaidir AS, seperti firmannya yang artinya:…”dan telah Kami ajarkan padanya ilmu dari sisi Kami.” (QS.Al Kahfi:65). Kezuhudan dan kerendahan hati Ali terlihat pada kehidupannya yang sederhana. Ia tidak malu memakai pakaian yang bertambal, bahkan ia sendiri yang menambal pakiannya yang robek. Suatu waktu ia tengah menjinjing daging di Pasar, lalu orang menyapanya:”Apakah tuan tidak malu memapa daging itu ya Amirulmukminin (Khalifah)?” Kemudian dijawabnya:”Yang saya bawa ini adalah barang halal, kenapa saya harus malu?”. Abu Nasr As-Sarraj at-Tusi berkomentar tentang Ali. Katanya:”Di antara para sahabat Rasulullah SAW Amirulmukminin Ali bin Abi Talib memiliki keistimewahan tersendiri dengan pengertian-pengertiannya yang agung, isyarat-isyaratnya yang halus, kata-katanya yang unik, uraian dan ungkapannya tentang tauhid, makrifat, iman, ilmu, hal-hal yang luhur, dan sebagainya yang menjadi pegangan serta teladan para sufi. Kehidupan Para Ahl as-Suffah. Selain keempat khalifah di atas, sebagai rujukan para sufi dikenal pula para Ahl as-Suffah. Mereka ini tinggal di Mesjid Nabawi di Madinah dalam keadaan serba miskin, teguh dalam memegang akidah, dan senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantara Ahl as-Suffah itu ialah Abu Hurairah, Abu Zar al-Giffari, Salman al-Farisi, Mu’az bin Jabal, Imran bin Husin, Abu Ubaidah bin Jarrah, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Abbas dan Huzaifah bin Yaman. Abu Nu’aim al-Isfahani, penulis tasawuf (w. 430/1038) menggambarkan sifat Ahl as-Suffah di dalam bukunya Hilyat al-Aulia`(Permata para wali) yang artinya: Mereka adalah kelompok yang terjaga dari kecendrungan duniawi, terpelihara dari kelalaian terhadap kewajiban dan menjadi panutan kaum miskin yang menjauhi keduniaan. Mereka tidak memiliki keluarga dan harta benda. Bahkan pekerjaan dagang ataupun peristiwa yang berlangsung disekitar mereka tidak lah melalaikan mereka dari mengingat Allah SWT. Mereka tidak disedihkan oleh kemiskinan material dan mereka tidak digembirakan kecuali oleh suatu yang mereka tuju. Diantara Ahl as-Suffah itu ada yang mempunyai keistimewahan sendiri. Hal ini memang diwariskan oleh Rasulullah SAW kepada mereka seperti Huzaifah bin Yaman yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW tentang ciri-ciri orang Munafik. Jika ia berbicara tentang orang munafik, para sahabat yang lain senantiasa ingin mendengarkannya dan ingin mendapatkan ilmu yang belum diperolehnya dari Nabi SAW. Umar bin Khattab pernah tercengang mendengar uraian Huzaifah tentang ciri-ciri orang munafik. Adapun Abu Zar al-Giffarri adalah seorang Ahl as-Suffah termasyur yang bersifat sosial. Ia tampil sebagai prototipe (tokoh pertama) fakir sejati. Abu Zar tidak pernah memiliki apa-apa, tetapi ia sepenuhnya milik Allah SWT dan akan menikmati hartanya yang abadi. Apabila ia diberikan sesuatu berupa materi, maka materi tersebut dibagi-bagi kepada para fakir miskin. Begitu juga Salman Al Farisi salah seorang Ahli Suffah yang hidup sangat sederhana sampai akhir hanyatnya. Beliau merupakan salah satu Ahli Silsilah dari Tarekat Naqsyabandi yang jalur keguruan bersambung kepada Saidina Abu Bakar Siddiq sampai kepada Rasulullah SAW.

Video Keteladanan Sahabat Usman bin Affan ra.

Video Keteladanan Sahabat Ali bin Abi Thalib ra.

BAB VII. Adab Islami Terhadap Lingkungan

ADAB TERHADAP LINGKUNGAN A. Adab Kepada Binatang Hewan atau binatang merupakan makhluk Allah yang diciptakan untuk melengkapi kehidupan manusia. Manusia bisa mendapat berbagai manfaat darinya.. Binatang juga makhluk Allah yang diberikan nyawa dan mempunyai perasaan, hanya saja ia tidak memiliki akal fikiran seperti manusia yang diciptakan untuk menjadi khalifah Allah s.w.t di muka bumi. Oleh karenanya,kita harus memperhatikan adab kepada hewan sebagaimana telah diatur oleh agama. Di antara adab-adab kepada hewan adalah : 1. Memberinya makan dan minum apabila hewan itu lapar dan haus, karena Rasulullah s.a.w bersabda : “Kasihanilah siapa yang ada di bumi ini, niscaya kalian dikasihani oleh yang ada di langit” (Riwayat At-Tirmizi) 2. Menyayangi dan memberikan kasih sayang kepadanya, sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w ketika para sahabatnya menjadikan burung sebagai sasaran memanah. “Allah melaknat orang yang menjadikan alam yang bernyawa sebagai sasaran. (Riwayat Bukhari dan Muslim). 3. Menyenangkannya di saat menyembelih atau membunuhnya, karena Rasulullah s.a.w telah bersabda,: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan ihsan (berbuat baik) atas segala sesuatu, maka apabila kalian membunuh hendaklah berlaku ihsan di dalam pembunuhan, dan apabila kalian menyembelih hendaklah berlaku baik di dalam penyembelihan, dan hendaklah salah seorang kamu menyenangkan sembelihannya dan hendaklah ia mempertajam mata pisaunya” (Riwayat Muslim) 4. Tidak menyiksanya dengan cara penyiksaan apapun, atau dengan membuatnya kelaparan, memukulinya, membebaninya dengan sesuatu yang ia tidak mampu, menyiksanya atau membakarnya, karena Rasulullah Shallallahu saw. telah bersabda : “Seorang perempuan masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung hingga mati, maka dari itu ia masuk neraka karena kucing tersebut, disebabkan ia tidak memberinya makan dan tidak pula memberinya minum di saat ia mengurungnya, dan tidak pula ia membiarkannya memakan serangga di bumi” (Riwayat Bukhari) 5. Boleh membunuh hewan yang mengganggu, seperti anjing buas, serigala, ular, kalajengking, tikus dan lain-lainnya, karena beliau telah bersabda: “ Ada lima macam hewan fasik yang boleh dibunuh di waktu halal (tidak ihram) dan di waktu ihram, yaitu ular, burung gagak yang putih punggung dan perutnya, tikus, anjing buas dan rajawali” (Riwayat Muslim). Juga ada hadits sahih yang membolehkan membunuh kalajengking dan mengutuknya. Itulah beberapa adab atau etika yang selalu dipelihara oleh seorang muslim terhadap hewan. B. Adab Terhadap Tumbuhan Sebagaimana hewan,tumbuhan juga makhluk yang diberi nyawa oleh Allah SWT. Karenanya kita juga harus menjaga adab terhadap tumbuhan. Adapun beberapa adab terhadap tumbuhan adalah : 1. Tidak merusak dan menebang pohon sembarangan, Allah swt. Berfirman dalam Q.S. al-Nazi’at[79]: 31-32 yang artinya :“(31)Dialah yang memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya. (32)dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh”. Dari ayat tersebut, lingkungan dapat diwujudkan dalam bentuk perbuatan manusia yaitu dengan menjaga keserasian dan kelestarian serta tidak merusak lingkungan hidup. Usaha-usaha yang dilakukan juga harus memperhatikan masalah-masalah kelestarian lingkungan. 2. Tidak buang hajat dibawah pohon berbuah,rasulullah bersabda yang berarti : “Jangan buang air di lubang binatang, di jalan tempat orang lewat, di tempat berteduh, di sumber air, di tempat pemandian, di bawah pohon yang sedang berbuah, atau di air yang mengalir ke arah orang-orang yang sedang mandi atau mencuci." (H.R. Muslim, Tirmidzi) 3. Membayar zakat hasil tanaman, dalam surat al-baqarah ayat 267, Allah berfirman “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu“. Dari ayat tersebut dapat kita ketahui bahwa Allah menyuruh umatnya untuk menzakatkan hasil bumi yang dikelolanya, misalnya pertanian, perkebunan, dan sebagainya dengan maksud, agar manusia saling berbagi terhadap sesamanya. Selain itu zakat juga sangat bermanfaat untuk mensucikan harta kita. Dan Allah tidak akan membuat seseorang menjadi miskin jika mau mengeluarkan sebagian hartanya untuk sesamanya yang kurang mampu. C. Adab di jalan dan tempat umum Islam adalah agama yang sempurna. Ketika berada di jalan umumpun,kita diatur untuk beradab secara baik dan memberikan hak-hak jalan. Pada dasarnya,Rasulullah SAW melarang kita untuk duduk di jalan,sebagaiman sabda beliau yang diriwayatkan dari sahabat Abu Sa’id al-Khudriy إِياَّكُمْ وَاْلجُلُوْسَ عَليَ الطُّرُقَاتِ فَقَالُوْا: مَا لَنَا بُدٌّ إِنَّمَا هِيَ مَجَالِسُنَا نَتَحَدَّثُ فِيْهَا، قَالَ: فَإِذَا أَبَيْتُمْ إِلاَّ اْلمَجَاِلسَ فَأَعْطُوْا الطَّرِيْقَ حَقَّهَا. قَالُوْا: وَمَا حَقُّ الطَّرِيْقِ ؟ قَالَ:غَضُّ الْبَصَرِ وَكَفُّ اْلأَذَى وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ "Hindarilah duduk di jalan-jalan. Mereka berkata: 'Kami tidak bisa meninggalkan tempat itu, tempat kami berbincang-bincang disini'. Bersabda Rasulullah SAW: "Jika kalian enggan meninggalkan tempat ini, maka berilah hak jalan". Mereka bertanya: "Apa hak jalan itu?". Rasulullah menjawab: "Menundukkan pandangan, mencegah kemadharatan, dan amar ma’ruf nahi munkar'"(H.R.Abu Sa’id al-Khudriy) Dari hadis di atas jelas,bahwa jika kita terpaksa harus duduk-duduk di jalan umum,maka kita harus memberikan hak-hak jalan. Hak-hak jalan sesuai dengan hadis di atas adalah : 1. Menundukkan pandangan(tidak melihat ke sana sini,apalagi pada orang yang berlalu lalang) 2. Mencegah kemadhratan (bahaya) yang ada di jalan. Termasuk menyingkirkan sesuatu yang bisa membahayakan pengguna jalan,karena itu adalah shadaqah 3. Amar ma’ruf nahi munkar (memerintah/mengajak pada kebaikan dan mencegah kejahatan)

Video Adab Islami Terhadap Lingkungan

BAB VI. Akhlak Pergaulan Remaja

Akhlak Pergaulan Remaja Sudah menjadi kewajaran jika kita memiliki seorang teman atau sahabat. Karena memang kita diciptakan sebagai makhluk sosial. Kita memiliki teman atau sahabat,bermula dari proses saling mengenal satu dengan yang lain. Akan tetapi,bukan berarti setiap orang yang kita kenal harus kita jadikan teman atau sahabat. Kenapa?,karena seperti kita tahu,tidak semua yang kita kenal punya akhlak yang baik. Karenanya,memilih teman haruslah selektif. Bagaimanapun,teman atau sahabat kita,sedikit atau banyak,sengaja atau tidak,sadar atau tidak,akan memberi dampak pada perilaku dan akhlak kita. Rasulullah bersabda : "...اَلرَّفِيْقُ قَبْلَ الطَّرِيْقِ" “…pilihlah teman,sebelum mengadakan perjalanan” Hadis di atas jelas, rasulullah memerintahkan kita agar selektif memilih teman. Ibarat pepatah mengatakan : “berteman dengan penjual nangka,kita akan terkena getahnya, berteman dengan penjual minyak wangi,kita akan terkena harumnya”. Lantas,siapakah sahabat yang baik itu?. Sahabat yang baik adalah: a) orang yang senantiasa mengingatkan kita dalam kebaikan dan taqwa b) orang yang selalu dekat dengan kita meski kita dalam keadaan susah c) orang yang senantiasa ikhlas menolong kita saat kita butuhkan d) berbuat baik di depan maupun di belakang kita Setelah kita memperoleh teman atau sahabat yang baik,maka kita harus memperhatikan etika atau adab bergaul dengan mereka sesuai dengan syariat Islam. 1. ADAB BERGAUL TERHADAP TEMAN Islam telah mengajarkan kita untuk menjaga hak-hak teman kita dan senantiasa berbuat baik kepada mereka. Di antara adab berteman yang baik kepada teman adalah: a. Berbuat Itsar Di antara hak terhadap sesama yang dianjurkan adalah mendahulukan sahabatnya dalam segala keperluan (itsar) dan perbuatan ini dianjurkan (mustahab). Perhatikanlah firman Allah Ta'ala yang artinya,"Dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan" (QS. Al Hasyr : 9). Kaum Anshor yang terlebih dahulu menempati kota Madinah, mereka mendahulukan saudara mereka dari kaum Muhajirin dalam segala keperluan, padahal mereka sendiri membutuhkannya. Perbuatan itsar ini hanya berlaku untuk urusan duniawi seperti mendahulukan saudara kita dalam makan dan minum. Sedangkan dalam masalah ketaatan (perkara ibadah), kita harus berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama. b. Bantulah Sahabatmu yang Berada dalam Kesulitan Dalam kehidupan sehari-hari, terkadang tidak selalu berjalan lancer. Ada saja kendala yang pasti kita membutuhkan orang lain untuk mengatasinya. Begitu juga sahabat kita,maka menjadi kewajiban kita membantu mereka jika ada kesulitan yang sedang menimpa mereka c. Jagalah Kehormatan Sahabatmu Rasulullah shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda pada khutbah ketika haji Wada' yang artinya,"Sesungguhnya darah kalian, harta kalian, dan kehormatan kalian adalah haram." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya). Di antara bentuk menjaga kehormatan saudara kita adalah menjaga rahasianya yang khusus diceritakan pada kita. Rahasia tersebut adalah amanah dan kita diperintahkan oleh Allah untuk selalu menjaga amanah Semoga dengan mengamalkan hak-hak ini, kita akan menjadi orang-orang yang akan mendapatkan naungan Allah di akherat kelak, di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. Amin. 2. ADAB BERGAUL DENGAN LAWAN JENIS ISLAM adalah agama yang sempurna, di dalamnya diatur seluk-beluk kehidupan manusia,termasuk juga pergaulan antara lawan jenis. Di antara adab bergaul antara lawan jenis sebagaimana yang telah diajarkan oleh agama kita adalah: a. Menundukkan pandangan terhadap lawan jenis Allah berfirman yang artinya, “Katakanlah kepada laki-laki beriman: Hendalah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur: 30). Allah juga berfirman yang artinya,”Dan katakalah kepada wanita beriman: Hendaklah mereka menundukkan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS. an-Nur: 31). Bukan berarti kita tidak boleh sama sekali memandang terhadap lawan jenis,apalagi di jaman sekarang yang mau tidak mau kita akan selalu berinteraksi dengan lawan jenis. Tetapi,yang dimaksud adalah kita dilarang memandang dengan penuh syahwat/nafsu. Karenanya,kita diperintahkan untuk menutup aurat sehingga hanya bagian tubuh tertentu saja yang boleh tampak oleh lawan jenis yang bukan mahrom kita. b. Tidak berdua-duaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan (kholwat) dengan wanita kecuali bersama mahromnya,” (HR. Bukhari & Muslim). Tidaklah salah jika rasulullah bersabda demikian,karena ketika seseorang berdua-duan saja dengan lawan jenis yang bukan mahromnya,maka yang ketiga adalah setan. Ya,setan,yang akan menjerumuskan seseorang dalam lembah dosa dengan cara menggoda orang yang berduan dengan lawan jenis yang bukan mahromnya. c. Tidak menyentuh lawan jenis Di dalam sebuah hadits, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah tidak pernah menyentuh tangan wanita sama sekali meskipun saat membaiat (janji setia kepada pemimpin,” (HR. Bukhari). Hal ini karena menyentuh lawan jenis yang bukan mahromnya merupakan salah satu perkara yang diharamkan di dalam Islam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya,” (HR. Thabrani AKHLAQ TERCELA DALAM PERGAULAN REMAJA jika ada akhlak terpuji dalam pergaulan,maka kita akan menemukan akhlak tercela dalam pergaulan. Berikut beberapa contoh akhlak tercela dalam pergaulan. 1. Pergaulan bebas antar lawan jenis Bukan menjadi rahasia dan tabu lagi,di jaman yang katanya moderen ini,para remaja banyak yang tidak lagi memperhatikan norma-norma agama dan susila dalam pergaulan. Begitu juga dalam bergaul dengan lawan jenis. Banyak yang menganggap bergaul dengan sebebas-bebasnya adalah ciri dari masyarakat modern. Mereka menganggap hal itu adalah hak asasi tiap individu dan tidak boleh dilarang. Padahal jelas,bahwa hal ini lebih banyak berdampak negatifnya daripada positifnya. Ujung-ujungnya adalah zina yang jelas dilarang agama,dan yang pasti merugikan pelakunya. Allah berfirman dalam Q.S. al-Isra’ ayat 32 : وَلا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلا (٣٢) “dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”. Ayat di atas jelas, jangankan berbuat zina, mendekatinya saja dilarang. Dan yang pasti, tiap ada pelarangan dalam agama, pasti demi kebaikan kita. 2. Judi dan khamer Judi adalah setiap “pemainan untang-utangan dengan bertaruh” atau “setiap permainan harta dengan bertaruh”. Agama kita jelas melarang judi dan khamer, sebagaimana Allah berfirman : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنْصَابُ وَالأزْلامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٩٠)إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ (٩١) Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; Maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)(Qs. Al-Maidah ayat 90-91) Dari Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, “Tiap-tiap yang memabukkan adalah khamer, dan tiap-tiap khamer itu haram” (H.R Muslim) Dari Ibnu Umar berkata, Nabi SAW, bersabda, “Allah melaknat khamar, peminumnya, penyajinya, pembelinya, penjualnya, pembuatannya, tempat pembuatannya, pembawanya, dan penerimanya.” (H.R. Abu Dawud) 3. Narkoba Narkotika dalam Islam sering disebut “hasyisy” yang hukumnya jelas haram karena memabukkan dan termasuk khamer sebagaimana dijelaskan dalam hadis nabi di atas. Orang yang mengkonsumsinya jelas berdosa dan dikenakan hukuman sebagaimana orang yang minum khamar. Adapun jenis-jenis narkoba adalah : a) Ganja atau marijuana b) Opiate c) Cocaine d) Candu dengan komponen-komponen yang aktif yaitu morfin dan heroin e) Obat berbahaya yang disalahgunakan secara gelap, yaitu rohypnol, valium, cosadon, magadon, BK, dan sedatin

Video Akhlak Pergaulan Remaja

BAB V. Iman Kepada Qadha dan Qadar

PENGERTIAN IMAN KEPADA QADA DAN QADAR Dalam kehidupan sehari – hari, kita sering mendengar orang berkata “memang ini sudah taqdir dari Allah”. Pada umumnya kalimat tersebut dikatakan saat seseorang menerima musibah atau mengalami kesulitan hidup. Untuk mengetahui benar atau salahnya ucapan tersebut, kita perlu memahami arti taqdir (qada dan qadar) 1. Arti Qada dan Qadar Qada menurut bahasa ada beberapa arti yaitu ketentuan, ketetapan, hukum, perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan, dan memutuskan sesuatu perkara dengan ucapan atau perbuatan. Pengertian qada menurut istilah adalah ketetapan atau ketentuan Allah sejak zaman azali (sebelum adanya_alam ini) yang belum diketahui oleh makhluk dan belum terlaksana, tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya sesuai dengan iradah (kehendak Allah) meliputi baik buruk, hidup dan mati dan seterusnya. Qadar menurut bahasa adalah berarti kepastian, peraturan, ukuran, dan kuasa mengerjakan sesuatu. Pengertian qadar menurut istilah adalah perwujudan ketetapan (qada) terhadap sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ditentukan dan telah terlaksana sesuai dengan iradah Allah. Firman Allah dalam Al Qur an surat Al Furqan ayat 2 dan surat Al Hadid ayat 22 : وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَه تَقْدِيْرًا Artinya : Dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran – ukurannya dengan tepat. (QS. Al Furqan :2) مَااَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِي اْلاَرْضِ وَلاَفِي اَنْفُسِكُمْ اِلاَّ فِيْ كِتبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا Artinya : Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya tertulis dalam kitab (lauh mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. QS. Al Hadid : 22) 2. Arti Qada dan Qadar menurut Al Qur an a. Qada berarti ketetapan hukum Allah swt. Firman Allah dalam Al Qur an surat Al Ahzab ayat 36 : وَمَاكَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلاَمُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللهُ وَرَسُوْلُه اَمْرًاانْ يَّكُوْنَ لَهُمُ اْلخَيْرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ Artinya : Dan tidaklah pantas bagi laki – laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka … (QS. Al Ahzab : 33) b. Qadar berarti ukuran atau peraturan yang dicipta oleh Allah swt sebagai dasar dalam mengatur alam ini. Firman Allah dalam surat Al Qamar ayat 49 : اِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنه بِقَدَرٍ Artinya : Sungguh Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. (QS. Al Qamar :49) Pada ayat yang lain firman Allah dalan surat Al A’la ayat : 3 : وَالَّذِيْ قَدَّرَ فَهَدى Artinya Yang menentukan kadar (masing – masing) dan memberi petunjuk … (QS. Al A’la : 3) Dengan memahami arti qada dan qadar, kita dapat mengerti bahwa iman kepada qada dan qadar berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi menurut kekuasaan dan kehendak Allah swt dan sesuai aturan yang dicipta-Nya. Jika pemahaman terhadap rukun Islam yang keenam ini tidak hati – hati, tidak dilandasi dengan iman, serta ilmu yang benar, hal tersebut dapat menjerumuskan manusia kepada pola dan sikap hidup yang salah. Mereka salah dalam memahami kata taqdir. Mereka beranggapan bahwa segala nasib manusia, baik atau buruk, muslim atau kafir seseorang telah ditetapkan secara pasti oleh Allah swt. Oleh karena itu, kita perlu memahami arti qada dan qadar menurut ayat – ayat Al Qur an. Takdir adalah pengetahuan Allah tentang segala sesuatu, termasuk segala sesuatu yang hendak Dia ciptakan atau segala sesuatu yang akan Dia jadikan pada seluruh makhluk, seluruh alam, seluruh kejadian dan segala sesuatu, serta ketentuan mengenai hal itu dan penulisannya pada Lauh Mahfuzh (papan yang terpelihara) dan takdir merupakan rahasia Allah tentang makhluk-Nya yang tidak bisa diketahui oleh malaikat terdekat maupun nabi yang diutus. Semua yang ada di _alam ini telah diatur oleh Allah swt. Dan menurut ukuran atau aturan yang dikehendaki-Nya. Aturan atau ukuran yang diciptakan oleh Allah swt untuk mengatur alam semesta ini disebut sunnatullah atau hukum alam.Di dalam peraturan tersebut ada hubungan sebab akibat. Setelah memahami ayat – ayat Al Qur an di atas, dapat diambil pengertian iman kepada taqdir. Beriman kepada taqdir berarti meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala yang ada di dunia ini terjadi menurut kekuasaan dan kehendak-Nya yang di dalam ada hubungan sebab akibat. Iman kepada takdir mengandung 4 (empat ) hal : 1. Percaya bahwa Allah mengetahui segala sesuatu secara global maupun rinci, baik yang berkaitan dengan perbuatan-Nya sendiri maupun yang berkaitan dengan seluruh makhluk-Nya Qs. Ath Thalaq :12 اللهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الاْٰرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْماً “ Allahlah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan sesungguhnya pengetahuan Allah benar-benar meliputi segala Sesutu”. 2. Percaya bahwa Allah telah menulis ukuran-ukuran segala sesuatu pada Lauh Mahfuzh Qs. Al Hajj :70 أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَاء وَالاْٰرْضِ إِنَّ ذٰلِكَ فِي كِتَابٍ إِنَّ ذٰلِكَ عَلٰى اللهِ يَسِيرٌ “Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang ada di langit dan di bumi? Sesungguhnya yang demikian itu terdapat di dalam sebuah Kitab(Lauh Mahfuzh) Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah”. Dari Abdullah bin Amr bin Ash Berkata: “ Aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda : كَتَبَ اللهُ مُقَدِيْرِالْخلاَ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَْرْضَ بِخَمْسِيْنَ أَلْفَ سَنَةٍ قَالَ وَعَرْشَهُ عَلَى الْمَاءِ “Allah telah menulis kadar-kadar para makhluk pada 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi”. Beliau bersabda :”Dan ArsyNya berada diatas air”. 3. Meyakini bahwa alam raya tidak akan terjadi kecuali dengan kehendak dan kemauan Allah Qs. Al Qashash 68 وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ “Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan Dia pilih”. هُوَ الَّذِي يُصَوِّرُكُمْ فِي الأَرْحَامِ كَيْفَ يَشَاءُ ''Dialah yang membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya.'' (Ali Imran:6). Adapun yang berhubungan dengan perbuatan hamba-Nya, Allah berfirman وَلَوْ شَاء رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ ''Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.''(Al-An'am:112). 4. Beriman bahwa Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Qs. AlQamar : 49 إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ “ Dan Allah menciptakan kamu dan juga apa yang kamu kerjakan”. Kewajiban Beriman kepada Qada dan Qadar Setiap muslim dan muslimat wajib beriman kepada qada dan qadar Allah swt. Pengingkaran terhadap adanya qada dan qadar berarti sikap kafir. Rasulullah saw bersabda yang artinya : “ Tidaklah beriman seseorang sebelum ia beriman kepada qada dan qadar yang baik maupun yang buruk. Dan tidaklah ia beriman sebelum mengetahui bahwa sesungguhnya apa saja yang sudah dipastikan akan menimpanya tentu tidak akan meleset darinya. Dan sesungguhnya apa saja yang dipastikan meleset dari dirinya pasti tidak akan menimpanya.” (HR. At Tirmizi dari Jabir) Hadis di atas menjelaskan bahwa pengakuan iman seseorang tidak diterima Allah apabila : 1. Tidak beriman kepada qada dan qadar (taqdir) Allah dan 2. Belum meyakini bahwa segala yang dikehendaki Allah (baik tertimpa sesuatu maupun terhindar dari sesuatu) pasti itulah yang terjadi. Dengan kata lain bahwa untung maupun ruginya seseorang hanya ada pada kekuasaan dan kehendak Allah swt. Berhujjah dengan Takdir Ada dua macam perkara yang ditakdirkan dan diputuskan oleh Allah terhadap manusia : 1. Apa yang diputuskan dan ditakdirkan oleh Allah berupa pekerjaan dan hal-ihwal yang berada di luar kemauan manusia, baik hal-hal yang ada pada dirinya maupun hal-hal yang menimpanya tanpa ikhtiar (pilihan) darinya, terkadang merupakan hukuman bagi yang bersangkutan, terkadang merupakan ujian baginya dan terkadang pula merupakan pengangkat derajatnya). Qs. Al-Hadid : 22 مَا أَصَابَ مِنْ مُّصِيبَةٍ فِي الاْٰرْضِ وَلاَ فِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَا إِنَّ ذٰلِكَ عَلٰى اللهِ يَسِيرٌ “ Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis di dalam Kitab(Lauh Mahfudz) sebelum Kami menciptakanya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah”. 2. Apa yang diputuskan dan ditakdirkan oleh Allah berupa perbuatan-perbuatan yang bisa dikuasai dan dilakukan oleh manusia dengan apa yang diberikan Allah kepadanya, berupa akal, kemampuan dan ikhtiar Perbuatan-perbuatan semacam itu akan menjadi tanggung jawab manusia di dalam hisab (perhitungan amal) dan menjadi dasar pemberian pahala dan hukuman kepada yang bersangkutan. Karena Allah telah : a. Mengutus para Rasul b. Menurunkan kitab-kitab suci c. Menerangkan yang benar dan yang bathil d. Menganjurkan memilih iman dan ketaatan e. Memperingatkan agar menjauhi kufur dan kemaksiatan f. Membekali manusia dengan akal dan memberinya kemampuan ikhtiar (memilih). Hubungan antara Qada, Qadar dan Ikhtiar Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Ikhtiar Manusia sering tak mampu mengelak atau menghindari suatu peristiwa, misalnya : 1. Mau atau tidak mau menusia pasti mati. 2. Ketika kita sedang tidur nyenyak, tiba – tiba kejatuhan puing – puing pesawat terbang sehingga tewas seketika. 3. Kita sedang membeli makanan di warung, tiba – tiba sebuah bus menerjang warung sehingga warung hancur dan kita mati seketika. Pada saat yang lain seorang siswa mengalami suatu peristiwa misalnya: 1. Seorang siswa dapat mencapai prestasi yang bagus karena rajin belajar. 2. Seorang siswa memiliki uang yang banyak karena rajin menabung. 3. Seorang siswa rajin berolahraga, terjamin gizinya, dan cukup istirahat sehingga tubuhnya sehat. Tiga peristiwa pertama di atas menunjukkan bahwa manusia diberi kesempatan untuk berusaha. Mereka harus menjalani peristiwa tersebut. Sebaliknya, tiga peristiwa di bawahnya menunjukkan bahwa manusia harus berusaha. Keberhasilannya banyak dipengaruhi kadar usaha yang dilakukan. Dengan demikian dalam kenyataan hidup ini ada sesuatu yang tidak dapat diusahakan manusia dan ada pula sesuatu yang tergantung dari usaha manusia. taqdir ada dua macam yaitu taqdir mubram dan mu’allaq . a. Taqdir Mubram Taqdir mubram adalah taqdir yang tidak dapat berubah karena kemauan atau usaha manusia. Contohnya adalah soal kapan ajal manusia datang, jika ajal seseorang telah tiba, maka dia tidak mungkin manundanya. Ketika Allah menghendaki ia meninggal saat itu, maka saat itu pula ia akan meninggal. Contoh lainnya adalah nasib manusia,lahir, jodoh dan rezekinya, terjadinya kiamat, dan lain-lain. b. Taqdir Mu’allaq Taqdir mu’allaq adalah taqdir yang dapat berubah karena adanya usaha yang dilakukan manusia. Contohnya keadaan manusia semula melarat menjadi kecukupan karena usaha manusia, semula belum tahu menjadi tahu karena berusaha belajar, dan semula sakit menjadi sehat karena berusaha berobat perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap qada dan qadar Adapun perilaku yang mencerminkan keimanan terhadap qada dan qadar Allah swt antara lain : 1. Melatih diri sendiri untuk pandai – pandai mensyukuri nikmat Allah. 2. Mendidik diri untuk ikhlas menerima kenyataan hidup dengan hati sabar dan tabah. 3. Cukup tenang dalam hidup ini, tidak mudah terpengaruh lingkungan. 4. Berusaha untuk dapat mengendalikan diri (tidak bersikap sombong) saat berhasil usahanya. Karena sadar bahwa keberhasilan usahanya tidak terlepas dari kehendak Allah swt. 5. Melatih diri untuk sabar dan tabah apabila usahanya belum berhasil seperti yang diharapkan. 6. Senantiasa berprasangka baik kepada Allah swt ketika menghadapi kesulitan hidup. 7. Selalu meyakini bahwa semua yang dialami manusia (baik menyenangkan maupun menyusahkan) adalah ujian dari Allah swt. 8. Yakin bahwa di balik suatu peristiwa yang kurang menyenangkan pasti ada hikmahnya (bagi orang yang mampu mengambil hikmahnya) Ciri-ciri perilaku orang yang beriman kepada qadha qadar Allah Ciri-ciri perilaku orang yang beriman kepada qadha qadar Allah adalah : 1. Bersikap Tawadlu’ kepada Kebesaran Allah swt Allah swt berfirman dalam surat Al Kahfi ayat 7 : اِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى اْلاَرْضِ زِيْنَةً لَّهَا لِنَبْلُوَهُمْ اَيُّهُمْ اَحْسَنُ عَمَلاً Artinya : Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya. (QS. Al Kahfi : 7) 2. Tabah Hati dalam menghadapi Musibah 3. Ridha terhadap Takdir : > Ridha terhadap ketaatan, merupakan sesuatu yang diperintahkan. > Ridha terhadap musibah, merupakan sesuatu yang diperintahkan, baik bersifat anjuran maupun kewajiban. > Ridha untuk menjauhi kekufuran, kefasikan dan kemaksiatan. 4. Banyak bersyukur dan bersabar 5. Jauh dari sifat sombong dan putus asa 6. Memupuk sifat optimis dan giat bekerja 7. Berani qanaah (rela menerima kenyataan hidup yang dialami dengan ikhlas). 8. Berani menghadapi persoalan hidup karena yakin semuanya yang dialami ujian dari Allah swt. 9. Memiliki keberanian dalam berjuang menegakkan Islam karena yakin bahwa hidup dan mati ada pada kuasa Allah swt. 10. Memiliki jiwa yang tenang, tidak mudah terpengaruh oleh lingkungan yang kurang baik. 11. Mampu mengendalikan dirinya di saat suka maupun duka. Tidak mudah bangga jika usahanya berhasil, tidak mudah lemah semangat apabila usahanya belum berhasil.

Video Iman Kepada Qadha dan Qadar

BAB IV. Keteladanan Sahabat Umar bin Khattab ra.

Keteladanan Sahabat Umar bin Khattab ra. Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah Saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatamah. Perawakannya tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol dari kaki dan tangannya, jenggot yang lebat dan berwajah tampan, serta warna kulitnya coklat kemerah-merahan. Beliau dibesarkan di dalam lingkungan Bani Adi, salah satu kaum dari suku Quraisy. Beliau merupakan khalifah kedua di dalam Islam setelah Abu Bakar. Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin ‘Adiy bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib. Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah Saw pada kakeknya Ka’ab. Antara beliau dengan Rasulullah Saw selisih 8 kakek. lbu beliau bernama Khatamah binti Hasyim bin al Mughirah al-Makhzumiyah. Rasulullah Saw memberi beliau kunyah Abu Hafsh (bapak Hafsh) karena Hafshah adalah anaknya yang paling tua dan memberi laqab (julukan) al-Faruq. Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum Jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 keNabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Meneladani akhlak utama Umar bin Khattab Ra diantaranya adalah, a) Pemberani. Sejak sebelum masuk Islam, sifat pemberani telah dimiliki Umar bin Khattab. Perbedaannya, jika sebelum masuk Islam keberanian Umar digunakan untuk memusuhi Islam, namun setelah masuk Islam keberanian tersebut untuk melindungi Islam. Keberanian Umar nampak ketika dia akan berhijrah. Dia menantang kaum kafir Quraisy yang menghalangi perjalanan hijrahnya maka dia tidak segan-segan untuk membunuhnya. Keberanian perlu kita miliki dalam membela kebenaran. Meskipun akibat dari perbuatan kita dapat membuat kita celaka namun demi kebenaran kita harus berani melakukannya. Rintangan untuk menyampaikan kebenaran sangat besar, oleh karena itu kita harus memiliki keberanian yang besar pula untuk selalu membela kebenaran. b) Adil. Adil Saat ini untuk menemukan seorang pemimpin yang adil sangat sulit. Apalagi pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan rakyat seperti Umar bin Khattab, tidaklah mudah. Suatu malam Umar bin Khattab berjalan-jalan sendirian untuk melihat kondisi rakyatnya. Sampai di sebuah rumah dia mendengarkan anak kecil menangis dan tidak berhenti-berheti. Setelah tangis anak itu berhenti, Umar bin Khattab mengetuk pintu rmah tersebut. Dia bertanya pada seorang perempuan yang membukakan pintu mengenai alasan anak tersebut menangis. Kata perempuan tadi anak tersebut menangis karena kelaparan. Umar melihat ada api di dapur dan di atasnya terdapat panci. Ketika dibuka Umar isi panci tersebut adalah batu. Ternyata ibu tadi ingin menentramkan hati anaknya agar anaknya mengira sebentar lagi makanan akan masak. Melihat kejadian itu Umar meneteskan air mata dan merasa berdosa karena mengnggap dirinya tidak dapat menjadi pemimpin yang mampu menyejahterakan rakyatnya. Dia kemudian bergegas pergi ke baitul mal untuk mengambil sekarung gandum dan dipanggulnya sendiri untuk diberikan kepada keluarga tadi. c) Sederhana. Umar bin Khattab adala sahabat yang terkenal dengan kesederhanaannya. Meskipun menjadi seorang khalifah namun dia tidak memiliki pengawal. Kesederhanaannya juga terlihat dari caranya berpakaian. Pakaian yang dimiliki Umar bin Khattab hanya dua potong. Ketika pakaian itu sobek Umar pun tidak malu untuk menjahitnya sendiri dan memakainya kembali. Disalin dari : http://www.bacaanmadani.com/2018/04/meneladani-akhlak-utama-umar-bin.html Terima kasih sudah berkunjung.

Video Keteladanan Sahabat Umar bin Khattab

BAB III. Akhlak Bertetangga

A. Pengertian Tetangga Kata Al Jaar (tetangga) dalam bahasa Arab berarti orang yang bersebelahan denganmu. Ibnu Mandzur berkata: “الجِوَار , الْمُجَاوَرَة dan الْجَارُ bermakna orang yang bersebelahan denganmu. Bentuk pluralnya أَجْوَارٌ , جِيْرَةٌ dan جِيْرَانٌ”. Sedang secara istilah syar’i bermakna orang yang bersebelahan secara syar’i baik dia seorang muslim atau kafir, baik atau jahat, teman atau musuh, berbuat baik atau jelek, bermanfaat atau merugikan dan kerabat atau bukan. Tetangga memiliki tingkatan, sebagiannya lebih tinggi dari sebagian yang lainnya, bertambah dan berkurang sesuai dengan kedekatan dan kejauhannya, kekerabatan, agama dan ketakwaannya serta yang sejenisnya. Dengan demikian jelaslah tetangga rumah adalah bentuk yang paling jelas dari hakikat tetangga, akan tetapi pengertian tetangga tidak hanya terbatas pada hal itu saja bahkan lebih luas lagi. Karena dianggap tetangga juga tetangga di pertokoan, pasar, lahan pertanian, tempat belajar dan tempat-tempat yang memungkinkan terjadinya ketetanggaan. Demikian juga teman perjalanan karena mereka saling bertetanggaan baik tempat atau badan dan setiap mereka memiliki kewajiban menunaikan hak tetangganya. B. Kategori Tetangga Dalam islam tetangga itu hanya ada dua kategori, yakni tetangga dekat dan tetangga jauh. Adapun yang dimaksud dengan tetangga dekat dan jauh disitu ada yang mengaitkannya dengan tempat hubungan, kekeluargaan, dan berkaitkan dengan muslim dan bukan muslim. Yang dikaitkan dengan tempat, artinya tentang di mana keberadaan tetangga itu. Keberadaanya bisa di dekat rumah, satu rukun tetangga (RT), rukun warga (RW), kompleks dan kampung. Namun yang dekat rumah pun jika harus memilih kepada tetangga mana yang harus di dahulukan, lalu dikaitkan dengan hubungan kekeluargaan artinya tetangga yang dekat itu adalah saudara atau keluarga sendiri. Sedangkan tetangga jauh berarti yang bukan termasuk saudara atau keluarga. Sebab, bisa terjadi dalam lingkungan sosial, ada tetangga yang masih ada hubungan keluaraga atau besan dan ada pula orang lain. Dengan demikian yang lebih dekat adalah yang ada hubungan keluarga daripada orang lain. Adapun yang dikaitkan dengan orang muslim dan bukan muslim, artinya, yang dimaksud dengan tetangga yang dekat adalahb sesame muslim. Sedangkan tetangga jauh adalah orang- orang yang bukan (non) muslim. Sebab bisa saja terjadi, dalam satu lingkungan tetangga ada yang seagama, sama-sama muslim da berlainan agama. C. Kedudukan Tetangga Tetangga dalam pandangan islam mempunyai kedudukan yang mulia sebagaimana halnya tamu yang datang ke rumah. Rosulullah saw. bersabda, “siapa yang percaya kepada hari kemudian, maka jangan mengganggu tetangganya, dan siapa yang percaya kepada Alloh dan hari kemudian, maka harus menghormati tamunya….” (HR Bukhori dan Muslim) Kemuliaan tetangga yang disebutkan dalam sabda Rasulallah saw. ini adalah, mereka tidak boleh di ganggu, dan berbuat baik kepada mereka sama seperti halnya menghormati tamu. Semuanya itu menjadi ukuran keimanan seseorang. Beberapa kemuliaan tetangga antara lain sebagai berikut: v Sebagai saudara dan keluarga Ada yang mengatakan bahwa tetangga sama dengan saudara atau keluarga sendiri, apa lagi bila mereka seiman dan sesama muslim. Sebab, bila ada kesulitan dan musibah, maka tetanggalah yang lebih dahulu memberikan pertolongan. Oleh karena itulah, sebagai sesama muslim dan seiman mereka harus semakin memperkuat hubungan persaudaraannya. v Sebagai mitra usaha Tetangga juga dapat menjadi mitra dalam usaha dan pekerjaan sebagai upaya meningkatkan keadaan ekonomi rumah tangganya. Mereka selalu melakukan kerja sama dalam mendirikan kegiatan dan jaringan usaha yang menguntungkan dan mendatangkan pendapatan. D. Hak dan Kewajiban Bertetangga Tetangga adalah orang yang tinggal di sekitar rumah kita, tentunya adalah orang, yang disamping punya kedekatan phisik juga punya kedekatan secara psikhis. Seorang muslim yang benar-benar sadar dan berada di bawah bimbingan agamanya serta senantiasa berpegang teguh pada talinya, dia akan selalu berbuat baik dan memberikan perhatian kepada tetangganya. Allah SWT secara tegas telah memerintahkan supaya kita berbuat baik kepada tetangga, seperti yang telah difirmankan dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 36 : "Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian”. v Hak dan kewajiban yang sama dalam bertetangga ada beberapa hal yang terutama yang selama ini sudah berjalan, antara lain sebagai berikut : 1. Saling menjaga kehormatan diri dan keluarganya 2. Saling menjaga rasa aman dari gangguan apapun 3. Saling melibatkan dalam musyawarah 4. Saling membantu dalam berbagai kebajikan dan kebaikan lainnya v Hak dan kewajiban yang berbeda dalam bertetangga, khususnya antara yang seiman dan sesamamuslim dengan yang bukan muslim, yakni berkaitan dengan masalh akidah dan ibadah, antara lain sebagai berikut : Saling mendoakan, Menjadi saksi, Mengurus jenazah, Menikah dan Saling memberi salam. E. Problematika Hidup Bertetangga Dalam hidup bertetangga banyak pula problemnya. Problematika hidup bertetangga berkait dengan berapa hal, baik dalam lingkungan kompleks perumahan atau di perkampungan.problematika bertetangga lebih besar dan menonjol justru di dalam lingkungan masyarakat heterogen (majemuk) ketimbang dalam masyarakat homogeny yang umumnya masih diikat oleh hubungan kekeluargaan. Namun dari sekian banyak itu, sekurang-kurangnya dapatt ditemukan lima hal, yang umumnya terjadi dalam hidup bertetangga selama ini, terlebih dalam zaman modern seperti yang tengah berlangsung. Kelima hal ini khususnya jika ditinjau dari hal sikap dan prilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, antara lain sebagai berikut: 1) Kehidupan individualistis. 2) Persaingan tidak sehat. 3) Persengketaan. 4) Keamanan. F. Akhlak Kepada Tetangga Dalam kehidupan sosial, tetangga merupakan orang yang yang secara fisik paling dekat jaraknya dengan tempat tinggal kita. Dalam tatanan hidup bermasyarakat, tetangga merupakan lingkaran kedua setelah rumah tangga, sehingga corak sosial suatu lingkungan masyarakat sangat diwarnai oleh kehidupan pertetanggaan. Pada masyarakat pedesaan, hubungan antar tetangga sangat kuat hingga melahirkan norma sosial. Demikian juga pada lapisan masyarakat menengah kebawah dari masyarakat perkotaan, hubungan pertetanggaan masih sekuat masyarakat pedesaan. Hanya pada lapisan menengah keatas, hubungan pertetanggaan agak longgar karena pada umumnya mereka sangat individualistik. Tradisi ke Islaman memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pembentukan norma-norma sosial hidup bertetangga. Adanya lembaga salat berjamaah di masjid atau mushalla, baik harian lima waktu, mingguan Jum''atan maupun tahunan Idul Fitri dan Idul Adha cukup efektip dalam membentuk jaringan pertetanggan. Demikian juga tradisi sosial keagamaan, seperti tahlilan, ratiban, akikah, syukuran, lebaran dan sebagainya sangat efektip dalam mempertemukan antar tetangga.Tentang betapa besarnya makna tetangga dalam membangun komunitas tergambar pada hadis Nabi yang memberi petunjuk agar sebelum memilih tempat tinggal hendaknya lebih dahulu mempertimbangkan siapa yang akan menjadi tetangganya, al jaru qablad dar, bahwa faktor tetanga itu harus didahulukan sebelum memilih tempat tinggal.Selanjutnya akhlak bertetangga diajarkan sebagai berikut : a) Melindungi rasa aman tetangga. Kata Nabi, ciri karakteristik seorang muslim adalah, orang lain (tetangga) terbebas dari gangguannya, baik gangguan dari kata-kata maupun dari perbuatan fisik. b) Menempatkan tetangga (yang miskin) dalam skala prioritas pembagian zakat. c) Memberi salam jika berjumpa. d) Menghadiri undangannya. e) Menjenguk tetanggga yang sakit. f) Melayat atau mengantar jenazah tetangga yang meninggal dunia. g) Berempati kepada tetangga. Yang paling penting dari Iman adalah pembuktian secara perilaku (bijawarih). Karena manusia tidak dianjurkan untuk menilai hati seseorang yang bersifat abstrak, tetapi menilai dari sisi lahirnya saja. Kalau seandainya ucapan dan perbuatan diri kita masih menyakiti tetangga, maka kita tak boleh berharap banyak untuk masuk sorga, karena menyakiti tetangga sama halnya dengan menyakiti Allah dan Rasulullah, sebagaimana Hadist Nabi menerangkan: “Barangsiapa menyakiti tetangganya, maka ia juga menyakiti aku, barangsiapa menyakiti aku, maka ia juga menyakiti Allah. Barangsiapa menyerang tetangganya, maka sesungguhnya ia sama juga menyerang aku, dan barangsiapa menyerang aku, maka sesunggunya ia telah menyerang Allah Azza, Wajall”.

Video Akhlak Bertetangga

BAB II. Akhlak Terpuji Kepada Diri Sendiri

AKHLAK TERPUJI KEPADA DIRI SENDIRI A.BERILMU 1.Pengertian Berilmu Ilmu menurut bahasa artinya pengetahuan atau kepandaian. Berilmu artinya memiliki pengetahuan atau kepandaian. Orang yang berilmu adalah orang yang memiliki pengetahuan atau kepandaian. Islam menghendaki umatnya menjadi orang-orang yang berilmu baik ilmu agama maupun umum. Ilmu merupakan barang berharga bagi kehidupan seseorang. Ilmu itu bgaikan lampu atau cahaya bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak dapat berjalan dalam keadaan gelap gulita, kecuali dengan cahaya. Demikian pula halnya, orang tidak dapat membedakan antara baik dan buruk kecuali dengan ilmu. Begitu tingginya perhatiaan Islam terhadap ilmu, sehingga ayat-ayat yang pertama diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad adalah perintah menuntut ilmu, yaitu QS Al-Alaq 1-5 Artinya: 1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Islam tidak menghendaki umatnya sengsara di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, perintah menuntut ilmu diwajibkan umat Islam, sebagaimana sabda Nabi Muhammad: طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِ يْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ Artinya: “Menuntut ilmu diwajibkan atas semua orang Islam” Masa untuk menuntut ilmu adalah sejak manusia dilahirkan dan berakhir pada saat manusia meninggal dunia. sebagaimana sabda Nabi Muhammad: اُطْلٌبُو االْعِلْمَ مِنَ الْمَهْدِ اِلَى اللَّحْدِ Artinya: “Tuntutlah ilmu sejak di buaian sampai liang lahad.” Orang yang menuntut ilmu seringkali mengalami cobaan dan rintangan. Jika orang tidak sabar menghadapi cobaan, maka ia gagal. Tetapi sebaliknya, jika ia tabah menghadapi berbagai rintangan dan terus giat belajar maka ia akan memetik buah dari nikmatnya seorang yang berilmu. 2.Ciri-ciri orang yang berilmu a.Rendah hati, ibarat tanaman padi, kian berisi kian merunduk b.Setiap melakukan pekerjaan selalu diperhitungkan baik atau buruknya c.Menghargai pendapat orang lain d.Menghargai waktu e.Gemar membaca dan suka mencari informasi f.Bekerja dengan program dan rencana yang jelas g.Tidak suka bicara tentang sesuatu yang tidak ada gunnya h.Tidak mengerjakan sesuatu yang tidak bermanfaat i.Suka berbagi informasi j.Suka memberikan ilmu yang ia miliki atau mengajarkannya kepada orang lain. B.KERJA KERAS 1.Pengertian Kerja Keras Kerja keras adalah melakukan sesuatu dengan semangat atau tekad yang tinggi. Islam mengajarkan kepada umatnya agar dalam bekerja/belajar itu harus bersemangat dan kerja keras, untuk mendapatkan apa yang diharapkan. Manusia tidak mungkin mendapatkan sesuatu tanpa bekerja keras. Islam tidak mengajarkan kepada umatnya hanya bermalas-malasan dan berpangku tangan. Allah berfirman dalam surat At-Taubah: 105 Artinya:”Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang Telah kamu kerjakan.” 2.Ciri-ciri Orang yang Kerja Keras a.Semangat bekerja yang tidak pernh padam b.Berprinsip, bahwa hari ini harus lebih baik daripada hari kemarin c.Menerima kegagalan sebagi pelajaran untuk memperbaaiki kesalahan d.Optimis dalam memandang berbagai permasalahan, bahwa permasalahan bukan dihindari tapi dihadapi dan diselesaikan. e.Terbuka terhadap kritik, saran dan nasihat orang lain f.Bersyukur atas keberhasilan yang diperoleh dan bersabar atas kegagalan yang dialaminya g.Suka mengambil pelajaran atas keberhasilan orang. C.KREATIF 1.Pengertian Kreatif Kata kreatif berasal dari bahasa Inggris “create” yang berarti menciptakan, “creation” = ciptaan. Sedangkan “creative” berarti memiliki daya cipta. Jadi kreatif adalah memiliki kemampuan untuk menciptakan atau menghasilkan sesuatu yang baru. Orang yang kreatif selalu melihat dan berfikir bahwa alam di sekitarnya dapat dimanfaatkan untuk keperluan hidup manusia. Ia yakin, bahwa Allah mwenciptakan alam ini tidak sia-sia, sebagaimana firman Allah dalam QS Ali Imran: 191 Artinya:” (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka.” 2.Ciri-ciri Orang yang Kreatif a.Memiliki banyak ide dan kemauan b.Memiliki jiwa yang suka tantangan c.Selalu mencoba dengan sesuatu yang baru. d.Selalu berpikir dinamis dan professional e.Bersifat perfecsionis (orang yang ingin segalanya sempurna) D.PRODUKTIF 1.Pengertian Produktif Kata produktif berasal dari bahasa Inggris “product” yang berarti hasil, “productive” berarti dapat mengahasilkan. Jadi produktif adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau banyak menghasilkan karya/hasil guna. Dalam Al-Qur’an dijelaskan masalah produktifitas seperti pada Surah Al-Asr: 1-3 Artinya:”1. Demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” Ayat di atas berbicara tentang waktu, jika waktu tidak digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang menghasilkan (produktif) maka termasuk orang yang merugi. 2.Ciri-ciri Orang yang Produktif a.Menghargai waktu dan disiplin b.Tekun dalam bekerja c.Gemar membaca d.Selalu ingin berkarya sesuai dengan kemmpuan e.Tidak mengenal putus asa f.Memiliki pola hidup hemat g.Memiliki rasa tanggung jawab yang besar

Video Akhlak Terpuji Kepada Diri Sendiri

BAB I. Iman Kepada Hari Akhir

A. Pengertian Beriman kepada Hari Akhir Hari akhir atau hari kiamat adalah hari berakhirnya seluruh proses kehidupan makhluk hidup di dunia. Beriman kepada hari akhir (hari kiamat) artinya mempercayai dengan sepenuh hati bahwa hari kiamat itu pasti akan datang dan seluruh ummat manusia akan kembali dibangkitkan dari alam kubur untuk menerima pengadilan dari Allah swt sebagai hakim yang Maha Adil. Hal ini sesuai dengan Firman Allah swt. dalam surat Al-Haj: 7 yang berbunyi : وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَا رَيْبَ فِيْهَا وَأَنَّ اللّٰـهَ يَبْعَثُ مَنْ فِي الْقُبُوْرِ ﴿الحج:7﴾ artinya: “dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur” (QS.Al-Hajj [22]:7) B. Ayat-ayat al-Quran tentang keadaan ketika hari kiamat Gambaran kedahsyatan hari kiamat bisa menyebabkan wanita menyusui melalaikan anak yang disusuinya, ibu hamilpun melahirkan anaknya seketika, seperti dilukiskan dalam QS.Al-Hajj [22]:1-2 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيْمٌ يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللّٰـهِ شَدِيْدٌ ﴿الحج: -١﴾ artinya: “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya” (QS.Al-Hajj [22]:1-2) QS Al Qori’ah: 1-5 اَلْقَارِعَةُ ﴿١﴾ مَا الْقَارِعَةُ ﴿2﴾ وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْقَارِعَةُ ﴿3﴾ يَوْمَ يَكُوْنُ النَّاسُ كَالْفَرَاشِ الْمَبْثُوْثِ ﴿4﴾ وَتَكُوْنُ الْجِبَالُ كَالْعِهْنِ الْمَنْفُوْشِ ﴿القارعة: 5 ﴾ artinya:“Hari Kiamat. apakah hari Kiamat itu? Tahukah kamu apakah hari Kiamat itu? Pada hari itu manusia seperti anai-anai yang bertebaran. dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan.” (QS Al-Qori’ah [101]:1-5). C. Nama-nama Hari Kiamat 1. Yaumul Qiyamah (Hari Kiamat) 2. Yaumul Akhir (Hari Akhir) 3. Yaumus-Sa’ah (Masa yang ditetapkan) 4. Yaumul-Hisab (Hari perhitungan) 5. Yaumul-Waqiah (Peristiwa yang pasti berlaku) 6. Yaumul-Haqqah (Peristiwa yang sebenarnya) 7. Yaumul- Qariah (Hari yang menggemparkan) 8. Yaumuz-Zalzalah (Hari goncangan) 9. Yaumul- Jaza’ (Hari pembalasan) 10.Yaumul-Fasl (Hari keputusan) D. Tanda-tanda hari kiamat 1. Tanda-tanda kecil hari kiamat antara lain: 2. Hamba sahaya perempuan di kawini oleh tuannya. 3. Ilmu agama di anggap sudah tidak penting lagi. 4. Tersebarnya perzinaan karena memperoleh izin dari penguasa. 5. Minuman keras merajalela. 6. Jumlah wanita lebih banyak daripada laki- laki. 7. Adanya dua golongan besar yang saling membunuh, tetapi sama-sama mengaku dirinya memperjuangkan agama islam. 8. Lahirnya Dajal ( tukang dusta) yang mengaku dirinya utusan Allah SWT, dan banyak berbohong serta menipu dan menganggap baik sesuatu yang buruk dengan menggambarkan sesuatu tidak baik dengan gambaran yang memikat hati. 9. Banyak terjadi gempa bumi 10. Fitnah muncul di mana- mana 11. Pembunuhan merajalela 12. Banyak manusia yang menginginkan dirinya mati. 13. Tanda-tanda besar kiamat antara lain: 14. Matahri muncul dari barat 15. Munculnya binatang ajaib yang bisa berbicara 16. Rusaknya Ka’bah 17. Lenyapnya Al-Quran 18. Seluruh manusia menjadi kafir 19. Munculnya Yakjuj Makjuj E. Berbagai peristiwa yang terkait dengan hari akhir. Allah SWT menjelaskan dalam al-Qur’an berbagai peristiwa yang akan dialami oleh setiap manusia sesudah hari akhir adalah sebagai berikut: Yaumul Barzah / Alam Kubur Alam Barzah adalah kurun waktu (periode) di antara saat kematian manusia di dunia ini dengan saat pembangkitan (dihidupkannya kembali) manusia di Hari Pembalasan. Alam kubur merupakan batas antara alam dunia dan alam akhirat. setiap manusia akan mengalami alam kubur, dan alam kubur bersifat sementara, yaitu menunggu datangnya hari kiamat yang kemudian dibangkitkan/ dihidupkan kembali. Firman Allah swt حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُوْنِ ﴿ ٩٩﴾ لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ كَلَّا إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَآئِلُهَا وَمِنْ وَرَآئِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ ﴿المؤمنون:١۰۰﴾ artinya:“sehingga apabila datang kematian kepada seorang di antara mereka (yang kafir) ia berkata: “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku, agar aku berbuat amal saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (Allah berftrman), “Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu hanyalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh (pemisah) sampai hari mereka dibangkitkan” (QS Al-Mu’minun [23]: 99-100). Yaumul Ba’ats / Hari Kebangkitan Yaumul Ba’ats artinya hari kebangkitan manusia dari alam kubur menuju ke padang mahsyar. Yaumul Ba’ats terjadi setelah malaikat Israfil meniup sangkakala yang kedua kalinya. Allah Swt berfirman : يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِّيُرَوْا أَعْمٰلَهُمْ ﴿الزلزلة:٦﴾ artinya: “Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.” (QS Al Zalzalah”[99]:6) Yaumul Mahsyar / Hari dikumpulkan Yaumul Mahsyar artinya hari dikumpulkannya manusia dari umat Nabi Adam sampai umat Nabi Muhammad Saw (umat akhir zaman) di padang mahsyar dalam keadaan bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing. Allah Swt berfirman : وَيَوْمَ نُسَيِّرُ الْجِبَالَ وَتَرَى الْأَرْضَ بَارِزَةً وَحَشَرْنٰهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا ﴿الكهف: ٤٧ artinya: “Dan (ingatlah) akan hari (yang ketika itu) Kami perjalankan gunung-gunung dan kamu akan melihat bumi itu datar dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka..” (QS Al Kahfi [18]: 47 ) Yaumul Hisab / Hari Perhitungan Amal Yaumul Hisab artinya hari perhitungan amal perbuatan manusia selama hidup di dunia. Ketika dilaksanakan hisab ini yang berbicara bukanlah mulut tetapi semua anggota badan yang menjadi saksi sehingga tidak ada satu pun perbuatan yang terlepas dari perhitungan. Allah Swt berfirman : اَلْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَىٰٓ أَفْوٰهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَآ أَيْدِيهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ﴿يس:٦٥﴾ Artinya:”Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (QS.Yaasiin[36]:65) Tahapan perhisaban pada yaumul mahsyar sebagai berikut : Merupakan Tanya jawab (QS Al Hijr: 92-94) Membaca kitab catatan amal masing-masing (QS Al Infithar: 9-14) Mendengarkan rekaman (QS Al Jatsiyah: 29) Melihat gambar dan foto-foto (QS Al Zalzalah: 6-8). Yaumul Mizan / Hari Penimbangan Amal Yaumul Mizan artinya hari penimbangan amal baik dan buruk manusia. Ketika itu ada “Shirath” yaitu jalur penentu setiap manusia setelah dihisab dan ditimbang amal baik dan buruknya. Pada tahap ini manusia akan ditentukan masuk neraka atau masuk surga. Bagi orang yang beriman dan beramal shaleh kelak setelah hari kiamat akan mendapat syafa’at berupa kemudahan dan keringanan dari berbagai kesulitan yang dihadapi manusia di hari kiamat. Allah Swt berfirman : وَنَضَعُ الْمَوَازِيْنَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيٰمَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِّنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حٰسِبِيْنَ ﴿الأنبياء:٤٧﴾ artinya: “Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai pembuat perhitungan.”(QS Al Anbiyaa [21]:47) Shirath Shirath adalah jembatan yang dipasang di atas neraka Jahannam dengan jalan yang sangat menakutkan, semua manusia akan melewatinya untuk menuju ke surga. Di antara mereka ada yang melaluinya dengan sekejap mata, ada pula yang melaluinya secepat kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang secepat lari kuda, ada juga yang berlari, atau berjalan, ada pula yang merangkak, dan ada yang diseret, semuanya berjalan sesuai dengan amalnya hingga seseorang yang berjalan dengan sinar yang hanya sebesar ibu jari kakinya. Di antara mereka ada yang diambil kemudian dilempar ke dalam neraka, barangsiapa yang dapat melewati shirath ini, maka ia masuk surga. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Shirath diletakkan diatas neraka Jahannam, maka aku dan umatkulah yang kali pertama akan melewatinya.” (HR. Muslim). Surga atau Neraka Surga adalah tempat mulia yang Allah sediakan untuk orang-orang bertaqwa pada hari kiamat nanti. Di dalamnya ada sungai-sungai yang mengalir, kamar-kamar yang megah, dan istri-istri yang cantik. Di dalamnya terdapat apa saja yang diinginkan oleh jiwa dan disenangi oleh mata memandang, kenikmatannya tidak pernah dilihat mata, tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terdetik di hati manusia. Kenikmatannya tidak akan pernah habis dan punah. Mereka akan kekal dalam kenikmatan tersebut tanpa ada hentinya. جَزَآؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ أَبَدًا ۖ رَّضِىَ اللّٰـهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۚ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِىَ رَبَّهُۥ ﴿البينة:٨﴾ artinya:“Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ‘Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” (QS.Al-Bayyinah [98]:8). Neraka adalah tempat adzab atau siksaan yang Allah sediakan untuk orang-orang kafir dan yang berbuat maksiat. Di dalamnya terdapat berbagai macam siksaan dan beragam hukuman. Penjaganya malaikat yang sangat kasar dan keras. Orang-orang kafir akan kekal di dalamnya, makanan mereka Zaqqum (sebuah pohon dalam neraka, buahnya sangat pahit dan busuk baunya), dan minuman mereka hamim (air panas yang mendidih), api dunia ini hanya merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api Jahannam, api Jahannam lebih panas enam puluh sembilan kali dari api dunia dimana setiap bagiannya sama panasnya dengan api dunia atau lebih. إِنَّ اللّٰـهَ لَعَنَ الْكٰفِرِيْنَ وَأَعَدَّ لَهُمْ سَعِيْرًا ﴿٦٤﴾ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ أَبَدًا ۖ لَّا يَجِدُوْنَ وَلِيًّا وَلَا نَصِيْرًا ﴿الأحزاب:٦٥ ﴾ artinya:“Sesungguhya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala (neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (QS.Al-Ahzab [33]:64-65) F. Menceritakan proses kejadian kiamat sughro dan kiamat kubro seperti terkandung dalam al-Qur’an dan al-Hadits Proses kejadian kiamat dibedakan menjadi dua, yaitu kiamat sughra dan kiamat kubra. Kiamat sughra (kiamat kecil) adalah peristiwa berakhirnya setiap makhluk yang bernyawa dan hancurnya sebagian alam seperti terjadinya kematian, banjir, longsor, gempa bumi, dan lain-lain. Firman Allah berbunyi : وَلَا تَدْعُ مَعَ اللّٰـهِ إِلٰهًا ءَاخَرَ ۘ لَآ إِلٰهَ إِلَّا هُوَ ۚ كُلُّ شَىْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُۥ ۚ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ ﴿القصص:٨٨﴾ artinya:”…tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. bagi-Nyalah segala penentuan, dan Hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan”( Al-Qashash [28]: 88) Kiamat Sughra (kiamat kecil) yang sering terjadi dalam kehidupan manusia yaitu kematian. Setelah mati roh seseorang akan berada di alam barzah atau alam kubur yang merupakan alam antara dunia dan akhirat. كُلُّ نَفْسٍ ذَآئِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُوْرَكُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ۖ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ ۗ وَمَا الْحَيَوٰةُ الدُّنْيَآ إِلَّا مَتٰعُ الْغُرُوْرِ ﴿آل عمران:١٨٥﴾ artinya:”Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia Telah beruntung” (QS.Ali Imran[3]:185) Bedasarkan ayat di atas jelaslah bahwa seluruh makhluk yang ada di dunia akan hancur dan binasa, saat makhluk-makhluk itu binasa maka boleh dikatakan sebagai kimat sugro termasuk bila seseorang menemui ajalnya maka itupun termasuk kiamat sugro. Kiamat Kubra (kiamat Besar) adalah peristiwa hancurnya seluruh alam semesta sehingga alam ini berganti dengan alam yang lain, yaitu alam akhirat. Peristiwa yang terjadi saat kiamat kubro merupakan peristiwa yang sangat dahsyat, diawali dengan tiupan sangkakala yang pertama. Setelah itu bumi terangkat dan bergoncang hebat, gunung-gunung terlepas dari tempatnya, berterbangan dan bertabrakan seperti kapas yang ditiup angin, dan bumipun mengeluarkan isi perutnya. Firman Allah dalam Al Qur’an : فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّوْرِ نَفْخَةٌ وَاحِدَةٌ (١٣) وَحُمِلَتِ الأرْضُ وَالْجِبَالُ فَدُكَّتَا دَكَّةً وَاحِدَةً (١٤) فَيَوْمَئِذٍ وَقَعَتِ الْوَاقِعَةُ (١٥) وَانْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَهِيَ يَوْمَئِذٍ وَاهِيَةٌ (١٦) artinya:”Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup, dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya sekali bentur, Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat, Dan terbelahlah langit, Karena pada hari itu langit menjadi lemah”.(Q.S. Al-Haqqah [69] 13-16) Setelah semua hancur dan mati maka sangkakala kedua pun ditiup, saat ini Allah membangkitkan kembali semua manusia dikumpulkan di alam mahsyar untuk menjalani pemeriksaan terhadap amal perbuatannya yang dilakukan ketika di dunia. Tetapi sebelum mereka dibangkitkan dan berkumpul di alam makhsyar terlebih dahulu mereka berada di alam barzakh. G. Hikmah Beriman kepada Hari Akhir Dengan beriman kepada hari akhir maka akan banyak sekali hikmahnya, diantaranya: 1. Menyadari semua makhluk akan rusak dan akan ada kehidupan yang abadi di akhirat. 2. Menyadari bahwa seluruh kehidupan manusia baik ataupun buruk akan menerima balasan dari Allah Swt. 3. Meningkatkan sikap disiplin dalam beribadah kepada-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 4. Memberikan ketenangan dan ketentraman; dengan kepasrahan, dan kesabaran serta keyakinan bahwa kebaikan dibalas dengan kenikmatan; dan kejahatan akan dibalas dengan azab. 5. Mengendalikan diri agar tidak mudah terpengaruh dengan keindahan dunia dan lebih lebih mengutamakan kepentingan akhirat. H. Perilaku beriman kepada Hari Akhir dalam kehidupan sehari-hari Orang yang beriman kepada hari akhir itu berperilaku sebagai berikut: 1. Senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT yaitu dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. 2. Menyayangi dan membantu fakir miskin yang diwujudkan dengan sikap, ucapan, perbuatan dan bantuan yang ikhlas. 3. Menyayangi dan memelihara anak yatim, piatu, dan yatim piatu dengan mengasuh, menyantuni, dan mendidiknya. 4. Bersikap atau berakhlak baik (akhlakul karimah) kepada sesama. 5. Patuh dan menghormati orang tua agar dapat menjadi seorang anak yang sholeh atau sholehah.

BAB VIII. Keteladanan Sahabat Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib ra.

Usman bin Affan Usman bin Affan yang menjadi teladan para sufi dalam banyak hal. Usman adalah seorang yang zuhud, tawaduk (merendahkan di...